1. Karyawan membutuhkan respek. Salah satu keluhan terbesar seorang karyawan tentang bosnya adalah kurangnya respek sang bos terhadapnya. Kebanyakan karyawan merasa si bos tidak menghargai privacy, kemampuan/keahlian serta kehidupan pribadi mereka. Oleh karenanya, sang bos harus berusaha memberikan respek pada setiap karyawannya. Patut diingat bahwa respek cenderung bersifat timbal balik. Dengan demikian, menunjukkan respek pada karyawan adalah suatu cara yang paling efektif untuk mendapatkan respek dan kesetiaan dari karyawan.
2. Karyawan tidak menyukai “micromanagers” dan “under managers”. Seorang bos yang buruk bertindak seperti orang tua yang cerewet. Seorang bos yang baik, di lain pihak, akan memperlakukan karyawannya seperti orang dewasa. Ini artinya memberikan ruang dan waktu bagi si karyawan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Intinya : Jika karyawan anda adalah karyawan yang bagus, jangan melakukan “micromanagement”. Biarkan mereka melakukan pekerjaannya. Akan tetapi berhati-hatilah agar tidak terjebak pada kebalikan dari “micromanagement” yaitu “under-management”. Karyawan yang “under managed” mendapatkan sedikit atau bahkan tanpa support dari bosnya, baik support material, emosional ataupun financial. Support yang tidak cukup ini juga akan menimbulkan kekecewaan dan rasa apatis dari si karyawan. Mereka akan berpikir : Jika bos saya acuh tak acuh, mengapa saya harus peduli ?
3. Karyawan tidak merasa mereka dibayar dengan baik. Memang jarang terdapat sebuah perusahaan dimana karyawannya merasa telah dibayar dengan baik. Mungkin ini adalah kecenderungan sifat manusia untuk merasa kurang dihargai. Meskipun begitu, seorang bos yang baik dapat meredam kekecewaan karyawan itu dengan menjelaskan sistim penggajian di perusahaan dan dengan menemukan cara lain untuk memberikan kompensasi bagi karyawan.
4. Karyawan cenderung tidak menyukai rapat sebagai suatu keharusan. Rapat adalah “necessary evil”. Untuk itu, perlu dibuat agar rapat menjadi lebih tidak menjengkelkan dengan merencanakan rapat secara seksama, menetapkan kerangka waktu yang ketat, membuat jelas tujuan dan rencana aksi, dan membuat suasana yang kondusif bagi karyawan untuk menyampaikan pendapatnya secara terbuka tanpa resiko “pembalasan”. Bahkan mungkin akan membantu bila pada saat-saat tertentu, dimintakan feedback dari karyawan tentang bagaimana membuat rapat menjadi lebih efektif.
5. Karyawan perlu merasa dihargai. Jika kreatifitas atau kerja keras tidak dihargai, karyawan – seperti orang lain juga – akan cenderung merasa kecewa. Rasa kecewa akan berkembang menjadi rasa apatis. Untuk itu, adalah hal yang penting bagi bos ataupun manager untuk menunjukkan bahwa mereka melihat dan menghargai kerja baik karyawan. Sedikit pujian memberikan efek yang besar. Bahkan pujian dengan kata-kata terkadang sama memuaskannya bagi karyawan, seperti halnya promosi atau kenaikan gaji. Yah tidak persis sama, ..hampir.
Sebagai kesimpulan, kebanyakan alasan seseorang karyawan kecewa atau bahkan membenci bosnya bukanlah karena sesuatu yang berhubungan dengan latar belakang, personality atau hal-hal lain yang di luar kontrol si bos. Akan tetapi kebanyakan – jika tidak semua – permasalahan dapat diselesaikan jika sang bos sadar akan hal-hal yang menimbulkan kekecewaan karyawan ini, dan mengambil langkah-langkah antisipasi.
0 comments:
Post a Comment
Buatlah komentar membangun, kritis dan berupa informasi
Komentar yang berbau pornografi, SARA, dan spam akan saya hapus.